Ngabuburit
dari segi kata berasal dari bahasa Sunda, artinya kurang lebih menunggu
saat berbuka puasa. Padahal kata dasarnya sendiri sesungguhnya tidak
ada hubungannya dengan puasa. Burit berarti sore. Ngabuburit berarti
menunggu sore, artinya tidak harus bulan puasa saja. Karena buka puasa
dilakukan di sore hari (maghrib) maka akhirnya ngabuburit pun
dipersempit artinya menjadi: menunggu saatnya buka puasa.
Sejak
kapan aktivitas ngabuburit mulai dilakukan orang? Tidak ada yang tahu
secara pasti. Tapi kemungkinan besar sejak orang berpuasa di bulan
Ramadhan, karena kegiatan ini memang tujuannya untuk perintang-rintang
waktu, biar nggak bosen nunggu waktu buka puasa.
Banyak
kegiatan yang dilakukan sebagai pengisi waktu di sore hari alias
ngabuburit. Salah satunya misalnya program pesantren kilat yang digelar
selama bulan Ramadhan. Kebanyakan memang dilakukan di sore hari. Sambil
ngabuburit, sekaligus juga dapat tambahan ilmu keagamaan.
Sejarah
asal mula halal bihalal ada beberapa versi. Menurut sebuah sumber yang
dekat dengan Keraton Surakarta, bahwa tradisi halal bihalal mula-mula
dirintis oleh KGPAA Mangkunegara I, yang terkenal dengan sebutan
Pangeran Sambernyawa. Dalam rangka menghemat waktu, tenaga, pikiran, dan
biaya, maka setelah salat Idul Fitri diadakan pertemuan antara Raja
dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana. Semua
punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan
permaisuri.
Apa yang dilakukan oleh Pangeran Sambernyawa itu
kemudian ditiru oleh organisasi-organisasi Islam, dengan istilah halal
bihalal. Kemudian instansi-instansi pemerintah/swasta juga mengadakan
halal bihalal, yang pesertanya meliputi warga masyarakat dari berbagai
pemeluk agama.
Lebaran ada
ungkapan “wis bar” bentuk singkat ungkapan “wes bubar” yang berlaku
untuk masyarakat awam. Sedang ungkapan “sampun lebar” digunakan oleh
golongan masyarakat yang lebih tinggi tingkatan sosialnya. Selanjutnya
kata “lebar” diserap ke dalam Bahasa Indonesia dengan akhiran “an”,
sehingga menjadi istilah umum yang kita kenal sekarang yaitu “lebaran”.
Artinya kurang lebih “perayaan secara bersama setelah selesai
menjalankan ibadah puasa”.
Yang
banyak menggunakan istilah “lebaran” justru masyarakat Betawi. Menurut
mereka, istilah “lebaran” berasal dari kata “lebar” yang maknanya “luas”
yaitu sebagai gambaran keluasan hati atau kelegaan setelah keberhasilan
menuntaskan ibadah selama bulan suci Ramadhan dan kegembiraan dalam
menyambut perayaan hari kemenangan dan karena bersilaturahim dengan
sanak saudara dan handai taulan.
0 Sahabat:
Posting Komentar