BIMA HIJRAH
Banyak peristiwa terjadi, terutama arus perpindahan pemain PERSIB di tahun ini. Dua pilar PERSIB '86,
Bambang Sukowiyono dan Iwan Sunarya yang sudah membela panji-panji tim
kebanggaan bobotoh ini sejak awal dekade 1980-an, menyatakan pensiun.
Rekan seangkatannya, Dede Iskandar juga hijrah ke klub Galatama,
Bandung Raya, bersama striker muda PERSIB, Dadang Kurnia.
Karena
keputusan baru PSSI yang memberlakukan komptetisi menjadi 2 tahun
sekali, praktis di tahun 1989 kompetisi baru akan diawali pada bulan
November. Beruntung di tahun itu banyak turnamen-turnamen tingkat lokal
yang diadakan di berbagai daerah, sebagai sebuah tim yang disegani
tentunya PERSIB selalu diundang untuk menambah gairah turnamen tersebut.
Pada bulan Maret PERSIB mengikuti Turnamen Segitiga di Gresik, di turnamen itu PERSIB berhasil meraih gelar Juara. Kemudian di bulan April dalam turnamen hari jadi Persib ke-56 di Stadion Siliwangi, PERSIB juga sukses membuktikan diri sebagai Juara.
Pada bulan Mei 1989, empat pemain muda PERSIB,
Yohanes Gatot Prasetyo (kiper), Roy Darwis, Kekey Zakaria, dan
Kalbaryanto dikabarkan hijrah ke Persegres Gresik, tim yang baru
promosi ke Divisi Utama. Di luar itu, Uut Kuswendi dan Erick Ibrahim
(kiper) juga bergabung dengan Petrokimia Putra.
Bulan Juni 1989 dalam Piala Siliwangi VII, PERSIB juga menjadi Juara di turnamen yang diadakan di kota sendiri tersebut. Bulan berikutnya PERSIB mengikuti Piala Surya di Surabaya, tapi di turnamen itu PERSIB pulang tanpa membawa gelar.
Berita mengejutkan datang pada bulan Juli 1989, pemain paling fenomenal di tubuh PERSIB yaitu Robby Darwis memutuskan bergabung dengan klub Malaysia, Kelantan FA.
![]() |
Robby Darwis, Libero Legendaris |
Selasa,
11 Juli 1989, Robby akhirnya tampil untuk pertama kalinya dengan kostum
Kelantan FA. Lawan yang dihadapinya adalah Singapura. Tim dari "Negeri
Singa" itu mengikuti Liga Malaysia karena belum ada kompetisi resmi di
negaranya. Tapi, siapa menyangka pertandingan itu merupakan laga perdana
dan terakhir Robby di Liga Malaysia. Dalam sebuah insiden, ketika
pemain kedua tim terlibat aksi saling dorong di tengah lapangan, Robby
diganjar kartu merah karena dianggap telah memukul wasit yang memimpin
pertandingan itu, Hamzah Sebot.
Kendati
Robby membantah telah memukul wasit, namun Jawatan Kuasa Disiplin
Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) --semacam Komisi Disiplin di PSSI--
akhirnya menghukum Robby tidak boleh tampil di Liga Malaysia selama satu
tahun. Hukuman itu diperkuat oleh Komisi Banding FAM.
Tidak
sampai di situ, dalam perkembangan selanjutnya, Robby yang sudah
berangkat ke Kuala Lumpur untuk memperkuat tim nasional Indonesia di SEA
Games 1989, ternyata batal tampil, karena Federasi Sepak Bola Asia
Tenggara dan Federasi Sepak Bola Asia (AFC) menganggap hukuman yang
tengah dijalani Robby juga berlaku di arena SEA Games. Banyak yang
berspekulasi bahwa ada pihak-pihak tertentu yang sengaja merancang
skenario ini, dengan tujuan agar Robby Darwis tidak dapat memperkuat Tim
Nasional di ajang SEA Games. Apakah dari pihak Malaysia atau justru
dari dalam negeri sendiri? mungkin hanya Tuhan yang tahu.
PSSI
yang kecewa atas larangan tampil Robby di SEA Games juga tidak
mengizinkan Robby kembali ke Kelantan. "Pengurus PSSI untuk sementara
tidak akan mengizinkan Robby kembali ke sana, sebelum permasalahannya
tuntas. Bayangkan saja, sampai saat ini PSSI belum selembar pun menerima
surat dari Kelantan, FAM, ataupun Federasi Sepak Bola Asia (AFC)," ujar
Sekretaris Umum PSSI, Nugraha Besoes.
Di
tengah ketidakpastian nasibnya, Kompetisi Perserikatan 1989/1990 akan
segera bergulir. Pada Oktober, Robby akhirnya memutuskan untuk keluar
dari Kelantan dan memilih "pulang kampung" untuk kembali memperkuat PERSIB.
Di bulan September, PERSIB mengikuti Piala SIDOLIG yang diadakan di kota Bandung, hasilnya PERSIB meraih gelar Juara.
Untuk menemukan bakat-bakat baru dalam proses regenerasi, pada tahun ini PERSIB
menggelar turnamen yang bertitel "Piala Djarum Super" yang diikuti
tim-tim perwakilan daerah di seluruh Jawa Barat. Pada Piala Djarum
Super 1989, penjaga gawang Anwar Sanusi (Subang) dinobatkan sebagai
pemain terbaik. Selain Anwar Sanusi, muncul nama-nama pemain Kota
Bandung, seperti Asep Sumantri, Nyangnyang, Aris Munandar, Diding, dan
Nana Supriatna yang kelak menjadi anggota skuad PERSIB di Kompetisi Perserikatan 1989/1990.
Masih banyak turnamen, turnamen yang diikuti PERSIB di tahun ini seperti Piala Marah Halim XVII/1989, Piala Gubernur Jawa Tengah 1989, Piala Persija I/1989, dan Piala Jawa Pos I.
Di Piala Persija, PERSIB
harus puas menjadi runner-up karena kalah 1-3 dari Persebaya Surabaya
lewat drama adu penalti di Stadion Utama Senayan Jakarta. Sementara di
Piala Jawa Pos I, PERSIB hanya menempati posisi ke-3, akan tetapi PERSIB dinobatkan sebagai tim terbaik Piala Jawa Pos pertama tersebut.
0 Sahabat:
Posting Komentar