KOMPETISI 2011/2012

Diawali dengan gonjang ganjing kepengurusan di PSSI, peralihan pimpinan serta pengurus PSSI dari Nurdin Halid cs ke kubu Djohar Arifin cs ternyata belum memberikan angin segar bagi persepakbolaan Indonesia. PSSI kepengurusan baru seperti kebingungan menentukan format kompetisi yang ideal untuk negara ini.
Ketidakjelasan kapan kompetisi akan bergulir, membuat kubu PERSIB seolah menunggu kepastian terlebih dahulu sebelum menentukan pemainnya. Manajer PERSIB, H. Umuh Muchtar (saat ini bertugas "hanya" menjadi Manajer, sementara direktur utama PT.PBB dijabat oleh Glen Sagita) paling banyak mendapat sorotan mengenai kelambanan dalam hal penentuan pelatih, dan perekrutan atau perpanjangan kontrak pemain.
Ketika awal kompetisi sudah menemukan sedikit titik terang, tim 4 (Glen Sagita, Umuh Muchtar, Zainuri Hasyim, Taryono Supandi) mulai bekerja, beberapa nama pelatih top menjadi daftar buruan, namun pilihan rupanya jatuh kepada Rahmad Darmawan yang musim sebelumnya menangani tim rival Persija Jakarta. Tetapi sayang, pelatih yang satu ini terlanjur diembani tugas negara untuk melatih timnas U-23. Meskipun kubu PERSIB tetap berusaha untuk melobi Rahmad dan juga petinggi PSSI tetapi harapan untuk memboyong pelatih ini ke kota kembang menjadi sirna.
Keputusan untuk memutuskan pelatih pun kembali tertunda untuk kesekian kalinya, bobotoh pun mulai mempertanyakan kinerja manajemen PERSIB. Tetapi dengan pertimbangan yang cukup matang (meskipun sebenarnya "mencla mencle" karena sebelumnya manajemen menyatakan tertutup untuk pelatih asing) akhirnya manajemen PERSIB "menemukan" sosok pelatih asal Kroasia yang pernah sukses mengangkat timnas Myanmar. Drago Mamic, sukses diboyong ke markas Maung Bandung. Melihat dari track recordnya, kekecewaan bobotoh mendadak sirna dan berubah menjadi harapan baru.
Kali ini Drago Mamic dibantu oleh asisten pelatih Robby Darwis, Anwar Sanusi, dan ditambah dengan Dino Sefrianto yang beberapa musim sebelumnya pernah juga menjadi asisten pelatih fisik PERSIB. Diluar penunjukan Mamic dan Dino, sebenarnya penunjukan kembali Robby Darwis dan Anwar Sanusi menuai kritikan terutama dari para mantan PERSIB, mereka menilai kinerja 2 orang tersebut selama ini tidak menghasilkan prestasi untuk PERSIB, tetapi manajemen tetap pada keputusannya.
Yang lebih menarik adalah pemain yang akan membela PERSIB di kompetisi kali ini. Nama-nama besar seperti Christian Gonzales, Hilton Moriera, Matsunaga Shohei, Nova Arianto, Markus Horison, Isnan Ali, dan Gilang Angga tidak diperpanjang kontraknya. Tetapi bobotoh tidak khawatir karena manajemen berhasil memboyong pemain jempolan seperti Jendri Pitoy, M. Nasuha, M. Ilham, Tony Sucipto, dan Aliyudin. 5 nama besar di kancah persepakbolaan Indonesia bahkan M. Nasuha, M. Ilham dan Tony Sucipto diantaranya merupakan pemain tim nasional yang penampilannya sedang menanjak. Tapi lucunya, ke-5 orang tersebut musim lalu merupakan pemain inti dari tim Persija yang merupakan seteru abadi PERSIB. Konon eksodus besar-besaran para pemain Persija ini atas rekomendasi dari Rahmad Darmawan yang sempat hampir pasti menjadi pelatih PERSIB namun kemudian gagal.
Pemain pun diumumkan, selain 5 orang tadi, PERSIB pun merekrut Jajang Sukmara (mantan PERSIB U-21) yang memperkuat Timnas U-23, Sigit Hermawan (mantan PERSIB U-21 yang musim lalu juga memperkuat Persija), dan striker anyar yaitu Zdravko Dragicevic (musim sebelumnya sempat akan memperkuat PERSIB tapi karena terbentur aturan kuota pemain asing yang sudah habis akhirnya batal bergabung). Striker yang merupakan sahabat dari Miljan Radovic ini dianggap masih pantas berbaju PERSIB kali ini, sehingga PERSIB tidak ragu untuk melepas striker asing-nya musim yang lalu. Sementara dari kubu Maung Ngora menyumbangkan pemain-pemain diantaranya Budiawan, Rian Permana, M. Agung Pribadi, Rizky Bagja.
Nama Siswanto sempat dipertahankan oleh manajemen, tetapi 1 hari sebelum peluncuran skuad PERSIB, Siswanto menyatakan diri untuk bergabung dengan Sriwijaya FC. Kehebohan terjadi ketika Eka Ramdani dan pemain muda harapan, Diaz Angga Putra memutuskan meninggalkan PERSIB dan bergabung dengan Persisam Samarinda. Eka Ramdani yang selama ini dianggap sebagai icon PERSIB dicap sebagai pengkhianat dan tak ayal menjadi musuh nomor 1 bobotoh, meskipun sebenarnya perpindahan pemain di era profesional sebenarnya adalah hal yang lumrah.
Akibat dualisme kompetisi antara LPI dan ISL, PERSIB memutuskan untuk mengikuti perkembangan, Kompetisi yang terbaik itulah yang akan diikuti PERSIB, begitulah kira-kira yang ada di benak manajemen PERSIB. Meskipun dianggap tidak memiliki sikap, tapi justru itulah sikap PERSIB saat itu, tidak terbawa arus kepentingan orang-orang yang justru memecah belah persatuan sepakbola Indonesia. Akhirnya setelah melalui pertimbangan yang cukup panjang, PERSIB memutuskan untuk bergabung di LPI, kompetisi resmi di bawah PSSI.
PERSIB mengawali kompetisi pada partai pembuka Liga Primer Indonesia melawan Semen Padang di Bandung, bermain di kandang sendiri PERSIB tidak menunjukan kualitasnya sebagai tim bertabur bintang, pertandingan pun berakhir dengan skor imbang 1-1. Tidak lama setelah partai pembuka tersebut, PERSIB kemudian berubah fikiran dan melayangkan surat pengunduran diri dari LPI dan akhirnya bergabung dengan ISL, yang memang jika dilihat dari tim dan pemain yang berlaga di ISL dianggap lebih berkelas. Kubu ISL pun menyambut baik bergabungnya kembali PERSIB ke kompetisi "kasta tertinggi" Indonesia.
Mengarungi ISL dengan sederet pemain bintang bukan jaminan bagi PERSIB untuk merajai kompetisi ini. Grafik permainan yang naik turun dan tidak pernah menang di kandang lawan membuat bobotoh mulai gerah. "Penyakit" lama PERSIB belum bisa terobati, manajemen pun akhirnya memutuskan kontrak sang pelatih. Drago Mamic resmi mundur dan kursi panasnya diisi oleh sang asisten Robby Darwis. Di tangan Robby Darwis, prestasi PERSIB tak lebih baik dibanding pelatih sebelumnya.
Hingga di paruh musim, Manajemen melakukan evaluasi. Robby Darwis tetap dipertahankan namun kali ini manajemen mendatangkan pelatih legendaris Indra Thohir untuk membantu urusan teknis. Beliau diangkat menjadi Direktur Teknik. PERSIB pun menambah amunisi baru, Moh. Nor Alam Shah (dari Singapura yang musim sebelumnya sukses menjadi icon Arema Malang) dan Marcio Souza (Striker yang sudah malang melintang di ISL) di datangkan untuk mempertajam barisan depan. Pemain yang dianggap kurang memberikan kontribusi seperti Moses Sakyi dicoret menyusul pencoretan Zdravko Dragicevic jauh-jauh hari sebelumnya (Zdravko hanya diturunkan di laga perdana LPI, sementara ketika PERSIB sudah bergabung dengan ISL ia tidak pernah diturunkan sama sekali).
Penambahan amunisi baru ini lumayan mengangkat permainan PERSIB. Permainan cantik PERSIB mulai terlihat meskipun masih saja belum stabil. Hingga akhir kompetisi, PERSIB harus puas di urutan 8 klasemen.
Catatan lain di musim ini:
Berita duka datang untuk keluarga besar PERSIB, ketika salah seorang bobotoh menghembuskan nafas terakhir pada laga panas Persija vs PERSIB di Gelora Bung Karno. Rangga, meninggalkan kita semua sebagai seorang bobotoh sejati setelah mendapatkan perlakuan yang sangat tidak beradab oleh supporter ibukota tersebut.
Kursi Manajer H. Umuh Muchtar digoyang oleh beberapa pihak yang tidak puas, sebagian bobotoh yang terprovokasi ikut-ikutan mendemo agar H. Umuh mundur dari jabatannya karena dianggap terlalu intervensi kepada urusan teknis klub. H. Umuh pun memutuskan untuk mundur, namun pengunduran dirinya tidak disetujui oleh para petinggi PT. PBB. Akhirnya H. Umuh pun tetap memangku tugas hingga kompetisi berakhir.
Ditinggalkan Eka Ramdani, PERSIB memunculkan talenta-talenta baru. Point plus patut disematkan pada Jajang Sukmara dan Budiawan. Sebagai pemain muda, dua pemain ini mampu menembus skuad inti yang dihuni oleh para pemain bintang. Baik Jajang maupun Budiawan kerap menampilkan permainan yang mengundang decak kagum bobotoh, bahkan keduanya sempat menyumbangkan gol untuk PERSIB di musim ini.
Starting Eleven PERSIB di akhir Super Liga IV Tahun 2012


Skuad PERSIB Super Liga IV tahun 2012: Jendri Pitoy, Cecep Supriatna, Dadang Sudrajat, Rizky Bagja (Kiper), Maman Abdurahman, Wildansyah, Abanda Herman, Zulkifli Syukur, M. Nasuha, Toni Sucipto, Anggi Indra, Aldi Rinaldi, Rian Permana,  Jajang Sukmara, Dudi Sunardi, Budiawan, Hariono, Hendra Ridwan, Robbie Gaspar, Miljan Radovic, Atep, M. Ilham, Zdravko Dragicevic, Airlangga Sutjipto, Aliyudin, Moses Sakyi, Moh. Nor Alam Shah, Marcio Souza

0 Sahabat: