LIGA INDONESIA VIII TAHUN 2002 (VIKING - THE JAK DI INDOSIAR)
Tahun
ini merupakan puncak perseteruan antara Viking dengan The Jak.
Permusuhan yang kemudian terus berkobar setelah mereka bertemu di acara
Kuis Siapa Berani edisi supporter Indonesia di televisi swasta Indosiar
tanggal 12 Maret 2002. Kuis yang diasuh Helmy Yahya dan Alya Rohali
tersebut mempertemukan suporter-suporter sepakbola, yakni The Jak,
Viking, Pasopati (Solo), Aremania (Malang), dan ASI (Asosiasi Suporter
Indonesia).
Pengurus
the Jak mengatakan bahwa mereka sempat melarang anggota lain yang tidak
berkepentingan di acara kuis untuk tidak datang ke Indosiar. Tetapi
karena letak Indosiar tepat berada di Jakarta yang merupakan kandang
mereka, akhirnya kedatangan anggota the Jak yang lain ke studio Indosiar
tidak dapat dihindarkan. Ini semacam pembalasan dendam terhadap
perlakuan kurang simpatik oknum bobotoh saat mereka bertandang ke
Bandung tahun 2000.
Kuis
yang ditayangkan secara live ke seluruh Indonesia tersebut berhasil
mengantarkan Viking sebagai juara dan memenangkan hadiah utama dari
acara tersebut. Usai acara, mulailah terjadi peristiwa yang hingga kini
membekas di kalangan anggota Viking. Awal keributan mulai terjadi di
kantin studio Indosiar jalan Daan Mogot.
Berita
mengenai kejadian di dalam studio ternyata telah menyebar luas ke
anggota the Jak yang lain. Di luar gedung, puluhan anggota The Jak siap
menghadang Viking tetapi aparat keamanan membubarkan massa yang siap
menyerbu Viking. Karena suasana sudah tidak terkendali dan atas
inisiatif Polisi dan pihak Indosiar, Viking yang akan kembali ke Bandung
langsung diungsikan dengan menggunakan 2 mobil colt milik Indosiar
serta satu truk Dalmas dari kepolisian Metro Jaya dengan dikawal 10
anggota polisi hingga pintu tol Kebon Jeruk, polisi menganggap keadaan
sudah kondusif.
Namun
dari situlah kejadian tragis dimulai. Di pintu tol Tomang, sebuah mobil
Carry abu-abu menghadang jalan satu mobil dari rombongan Viking.
Sementara dua pengendara mobil yang mengangkut anggota Viking lainnya
yakni mobil Dalmas dan salah satu Colt putih seperti tidak mau ambil
resiko untuk berhenti. Di kiri kanan jalan ternyata sudah menunggu
puluhan The Jak, akhirnya mobil yang ditumpangi sebagian anggota Viking
itu pun menjadi sasaran The Jak, sampai akhirnya terjadilah penyerangan
terhadap rombongan Viking di tol Kebon Jeruk. Sebagian kecil dari Viking
tersebut mengalami serangan yang tidak seimbang, 9 orang terpaksa
dilarikan ke Rumah Sakit Harapan Kita.
Sementara
itu, mobil colt yang tersisa melapor ke Pelayanan Masyarakat Polda
Metro Jaya, dan akhirnya bantuan datang ke sana. Sayang semua sudah
terlambat. Tak pelak peristiwa itu membuat beberapa media cetak dan
elektronik nasional ramai membuat pemberitaan mengenai hal itu.
Semenjak
kejadian Indosiar, Viking berkembang pesat menjadi suporter yang
dominan di Bandung. Berbagai atribut yang menyatakan kebencian kepada
the Jak seolah-olah menjadi trend baru di kalangan anggota Viking. Aksi
itu pun dibalas serupa oleh The Jakmania di Jakarta.
Sebenarnya
banyak pihak yang menyayangkan permusuhan ini dan berinisiatif untuk
mempertemukan kedua belah pihak. Tapi perdamaian tersebut selalu menemui
jalan buntu dan terus berlanjut tak pernah berhenti (setidaknya hingga
tahun 2011 saat tulisan ini dibuat). Bahkan Panglima Viking Ayi Beutik
pernah mengeluarkan pernyataan bahwa akan melestarikan permusuhan ini
seperti halnya pendukung Barcelona dan Real Madrid di Spanyol.
Siapa
yang salah? Biarlah Tuhan yang menilai…… kami tidak peduli dengan
permusuhan ini, kami juga tidak peduli dengan perdamaian, yang kami
peduli hanyalah kejayaan PERSIB BANDUNG!!!
Kita kembali ke PERSIB Bandung, sayangnya permusuhan yang terjadi pada kelompok supporter terbesar PERSIB itu tidak membawa dampak yang baik pada prestasi PERSIB. Pada Liga Indonesia VIII tahun 2002, PERSIB
ditangani oleh pelatih Deny Syamsudin yang naik kelas jadi pelatih
kepala setelah di musim sebelumnya menjadi asisten pelatih dari Indra
Thohir. Meskipun Deny mendatangkan pemain bintang dari luar Bandung
seperti gelandang berpengalaman Ansyari Lubis, kemudian winger lincah
hasil didikan UNI yang besar di Persija yaitu Budiman, lalu striker
Widiantoro dari PSIS, Heri Rafni Kotari (mantan Bandung Raya) dan pemain
muda yang berposisi sebagai gelandang bertahan, Hari Saputra
(Persikota), tapi mereka tidak berhasil membawa PERSIB kedalam kejayaan. Dengan materi pemain yang dimiliki, PERSIB tak pernah kalah di laga kandang, tetapi kemenangan tak pernah hinggap saat harus menjalani partai tandang. PERSIB pun dibayang-bayangi oleh degradasi, untungnya PERSIB berhasil menggunduli Persikab dengan skor telak 5-0 di partai yang menentukan. Akhirnya PERSIB finish di posisi ke-8 dari 12 peserta di Wilayah Barat, dan terhindar dari degaradasi.
Skuad PERSIB
LI VIII: Cecep Supriatna, Ruhiat, Dadang Hidayat, Nana Supriatna,
Budiman, Hendra Komara, Suwita Patha, Aceng Juanda, Hari Saputra,
Ansyari Lubis, Yaris Riyadi, Sujana, Asep Dayat, Heri Rafni Kotari,
Widiyantoro.


Time in Bandung
0 Sahabat:
Posting Komentar