MAREK TERDEPAK, PERSIB PROMOSI LANGSUNG RUNNER UP 1983


PERSIB akhirnya mampu melaju ke babak tingkat nasional, Divisi I di awal Januari 1983, namun lolosnya PERSIB diikuti oleh mundurnya Marek Janota. Pelatih asal Polandia ini  resmi lengser setelah bekerja selama dua tahun setengah di tim kebanggaan masyarakat Bandung ini. Rupanya ia sudah tidak tahan dengan tekanan yang memang seolah-olah menjadi tradisi di tim PERSIB.

Sebagai penggantinya, pengurus PERSIB menunjuk Risnandar Soendoro , mantan bintang PERSIB di era 70'an. Untuk menghadapi Divisi I tingkat Nasional,  yang akan dilaksanakan bulan Maret 1983, Risnandar dibantu oleh dua asistennya yaitu Wowo Sunaryo dan Suhendar.

Beberapa nama baru didaftarkan untuk babak ini, diantaranya adalah Suryamin yang baru pulang membela PSSI Pratama dan Yusuf Bachtiar anak muda hasil pembinaan Diklat Ragunan.

Di bawah pelatih Risnandar, PERSIB akhirnya memastikan diri lolos ke babak 16 Besar, setelah mengukuhkan diri sebagai runner-up Grup 1 tingkat Nasional, meskipun cuma mencatat sekali kemenangan atas Persiku Kudus 1-0 lewat gol tunggal Djafar Sidik, dan kalah 0-2 dari Persema Malang.

Menghadapi Kompetisi Divisi I tingkat nasional “16 Besar”, Risnandar tidak banyak melakukan perombakan tim. Ia tetap mengandalkan materi pemain muda hasil tempaan Marek yang tampil di Invitasi Antarperserikatan U-23 1981 dan Piala Suratin 1982.

Di babak “16 Besar” Divisi I Nasional, PERSIB bergabung di Grup B bersama Persedil Dili, Persisam Samarinda, dan PSSA Asahan. Bertanding di Stadion Siliwangi, Persib tampil perkasa dengan menghajar Persedil 4-1, Persisam 5-0, dan PSSA 2-0, sekaligus memastikan langkahnya ke babak “8 Besar” sebagai juara grup.

Sebagai juara grup, PERSIB kembali dipercaya menjadi salah satu tuan rumah babak “8 Besar”, selain PSIS. Menjamu Persikabo Kab. Bogor, PSBI Blitar, dan PSP Padang di Grup F, anak asuh Risnandar melanjutkan keperkasaannya. Persikabo dikalahkan dengan skor 2-0, PSBI dijinakkan 2-1, dan PSP ditundukkan dengan skor 2-0, untuk melaju ke babak semifinal yang akan digelar di Stadion Diponegoro Semarang, April 1983.

Dengan lolos ke semifinal, PERSIB secara otomatis sudah memastikan satu dari empat tiket promosi ke Divisi Utama. Pasalnya, jika pada musim sebelumnya yang promosi cuma juara Divisi I saja, kali ini PSSI menambah menjadi 4 tim, karena ada keputusan menambah peserta Divisi Utama 1983, dari “6 Besar” menjadi “10 Besar”. Kemenangan ini disambut dengan suka cita.

Rupanya "penyakit" berleha-leha setelah menang, memang sudah ada dari zaman dulu,  buktinya kegarangan PERSIB di babak sebelumnya mendadak sirna di babak semifinal. yang memang sudah tidak menentukan. Menghadapi tuan rumah PSIS, mereka dibantai 0-3. Beruntung PERSIB masih bisa menduduki peringkat ketiga usai menghajar PSP 5-1. Selain itu, salah seorang pemain mudanya, Adjat Sudradjat dinobatkan sebagai pencetak gol tersubur dengan koleksi 9 gol. 


Setelah berhasil promosi ke Divisi Utama sebagai peringkat ketiga Divisi I, PERSIB tidak memiliki banyak waktu untuk rehat. Pasalnya, kurang dari lima bulan, Kompetisi Divisi Utama Perserikatan 1983 sudah akan dimulai.

Tetapi menjelang Kompetisi Divisi Utama Perserikatan 1983 yang akan dimulai September 1983, PERSIB justru diguncang sedikit prahara. Risnandar Soendoro yang sukses mengantarkan PERSIB promosi ke Divisi Utama justru dilengserkan pengurus, kurang dari sebulan menjelang kompetisi dimulai. Posisi Risnandar digantikan seniornya, Omo Suratmo.

Omo efektif menangani PERSIB per tanggal 22 Agustus 1983. Kendati demikian, setelah Omo menangani PERSIB dalam dua kali pertandingan uji coba melawan tim Pemda Kalsel dan Pemda Jabar, Risnandar mengaku belum mengetahui adanya pergantian itu.

Terlepas dari persoalan internal itu, Omo tetap mempersiapkan tim menghadapi Divisi Utama 1983. Menghadapi putaran pertama babak penyisihan Wilayah Barat yang akan dimainkan di Stadion Imam Bonjol Padang, Omo memboyong 20 pemain. Mereka adalah Boyke Adam, Sobur, Wawan Hermawan (kiper), Adjid Hermawan, Suryamin, Kosasih A, Dede Iskandar, Giantoro, Robby Darwis, Yoce Roni Sumendap, Yana Rodiana, Wolter Sulu, Adeng Hudaya, Iwan Sunarya, Ade Mulyono, Adjat Sudradjat, Wawan Karnawan, Kosasih B., Rudiyanto, dan Bambang Sukowiyono.

Pada awal perjuangannya di Divisi Utama, penampilan anak-anak muda PERSIB belum begitu meyakinkan. Pada pertandingan pembuka, mereka dikalahkan PSMS Medan 0-1, lalu ditahan Persiraja Banda Aceh 2-2 dan Persija 0-0. PERSIB baru mencatat kemenangan pada laga keempatnya, ketika memukul tuan rumah PSP Padang 2-1, untuk menempati peringkat ketiga klasemen sementara.

Menjelang putaran kedua digelar di Stadion Siliwangi, dua pemain anyar  dipanggil, yaitu Djafar Sidik dan Memed Ismar, pemain yang sebelumnya memperkuat Sari Bumi Raya Yogyakarta. Selain dua pemain baru tersebut, Omo juga memanggil kembali pemain veteran Encas Tonif untuk memperkuat skuad PERSIB. Ketiga pemain tersebut menggantikan posisi Wawan Hermawan, Yoce Roni, dan Ade Mulyono yang "menghilang" dari skuad Omo.

Dengan suntikan darah baru ini, PERSIB tampil garang di putaran kedua. Di hadapan publiknya sendiri, mereka menggasak Persiraja 4-0, PSP 5-0, dan PSMS 3-1. Hasil imbang 0-0 pada laga terakhir melawan Persija menempatkan PERSIB di peringkat kedua klasemen akhir untuk mendampingi PSMS lolos ke babak "4 Besar" yang berlangsung di Stadion Utama Senayan Jakarta.

Di babak "4 Besar" PERSIB semakin tampil menawan. Tiga lawannya mereka gasak. Persebaya Surabaya diembat 2-1, PSMS 2-1, dan PSM Makassar 3-0. PERSIB pun dengan mulus melaju ke grandfinal untuk menghadapi PSMS.

Berkat penampilan yang cantik selama babak 4 besar, publik sepak bola nasional mulai menjagokan PERSIB untuk tampil sebagai kampiun. Tapi sayang, nasib belum berpihak ke PERSIB. Melalui drama adu penalti yang sangat menegangkan, setelah bermain imbang tanpa gol selama 120 menit, termasuk perpanjangan waktu, tim yang dikapteni Giantoro harus mengakui keunggulan PSMS 2-3.

Kecemerlangan penjaga gawang PSMS Ponirin Meka, menggagalkan ambisi PERSIB untuk mencetak sejarah, langsung juara begitu promosi ke Divisi Utama. Dalam drama adu penalti, tiga eksekutor PERSIB, Giantoro, Adeng dan Dede Iskandar gagal melewati "tangan emas" Ponirin. Sedangkan Wolter Sulu dan Adjat Sudrajat bisa melakukan eksekusi dengan baik.

Dalam pertandingan Grandfinal yang digelar pada 10 November 1983 itu, Pelatih Omo Suratmo, menurunkan formasi Sobur (kiper), Suryamin/Adjid Hermawan, Dede Iskandar, Robby Darwis, Giantoro, Encas Tonif/Kosasih A., Bambang Sukowiyono, Wolter Sulu, Adjat Sudradjat, Adeng Hudaya, dan Wawan Karnawan.

Ketua Umum PERSIB, Solihin GP. berusaha menghibur para pemain PERSIB. Meski tampak getir, ia berusaha membuat para pemain yang tertunduk pilu untuk tidak larut dalam kesedihan. Gagal tampil sebagai kampiun, kubu PERSIB sedikit terhibur. Pasalnya, mereka dinobatkan sebagai tim terbaik. Selain itu, salah seorang bintang mudanya, Adjat Sudrajat dinobatkan sebagai pemain terbaik dan pencetak gol tersubur dengan 8 gol.

Dari delapan gol yang dicetak Adjat sepanjang musim itu, 4 di antaranya dicetak ke gawang PSMS dalam tiga pertemuannya di putaran pertama, kedua, dan babak "4 Besar". Sayang, kerakusan Adjat membobol gawang PSMS lenyap ketika berlaga di partai final. Adjat mengaku, kondisinya tidak maksimal setelah sempat "dimakan" bek PSMS, Marzuki Nyakmad.

Selain ketegangan Adjat, episode lain yang tak boleh dilewatkan adalah soal kejengkelan Encas Tonif yang diganti Kosasih A. di pertengahan babak kedua. Saking jengkelnya, Encas sempat melemparkan air minum ke arah salah seorang ofisial tim. Pemain paling tua di kubu PERSIB itu (32 tahun) ditarik karena dinilai bermain kasar. Encas mengakuinya, tapi menurutnya itu dilakukan untuk memompa mental para pemain muda PERSIB. Kejengkelan Encas pada peristiwa itu karena pertandingan tersebut merupakan kesempatan terakhirnya mempersembahkan gelar juara sebelum gantung sepatu.

Selepas Kompetisi Divisi Utama Perserikatan, PERSIB diundang untuk mengikuti turnamen segitiga persahabatan internasional di Stadion Teladan Medan (28-30 Desember 1983). Pesertanya yaitu PERSIB, Freiburg (Jerman), dan tuan rumah PSMS Medan. Sayang, pada turnamen ini PERSIB tidak menampilkan performa terbaiknya, di pertandingan pertama melawan tuan rumah PSMS Medan, PERSIB kalah 1-0. Kemudian di pertandingan kedua, PERSIB harus mengakui keunggulan Freiburg dengan skor 0-5.

0 Sahabat: