PERSIB 1978
PERSERIKATAN 1978 (DEGRADASI)
Ini
sebenarnya kompetisi perserikatan lanjutan, yang babak awalnya sudah
dimulai dari akhir 1975. Di Kompetisi Perserikatan yang menginjak 3
tahun kalender ini, babak 18 Besar grup B dilangsungkan di Bandung
tanggal 5-9 Januari. PERSIB berhasil menjadi juara Grup setelah
menuai hasil sempurna, mencatat kemenangan telak 5-0 melawan PSKB
Binjai, 6-0 lawan Persisum Sumbawa, 3-0 versus PSM Ujung Pandang, dan
2-0 lawan Perseban Banjarmasin. Dengan demikian PERSIB yang
tidak pernah kebobolan satu gol pun itu melaju ke babak 8 besar
didampingi oleh PSM yang bertindak sebagai runner up Group.
Keperkasaan PERSIB masih terlihat di pertandingan pertama babak 8 Besar pool G, ketika mereka mengalahkan Persipura dengan skor 2-0. Tapi di pertandingan berikutnya PERSIB harus mengakui keunggulan Persebaya dengan skor 2-0. Kekalahan itu membuat kubu PERSIB semakin ketar ketir. Pasalnya PSSI memberlakukan peraturan baru, yaitu hanya semifinalis plus satu tim pemenang partai Play-off yang berhak tampil di Divisi Utama Kompetisi Perserikatan musim berikutnya. Dengan demikian PERSIB harus melakoni partai "hidup mati" melawan Persija agar lolos ke semifinal dan tetap bertahan di Divisi Utama tanpa harus melalui pertandingan play-off.
Sialnya, menjelang pertandingan melawan Persija, sebanyak 13 pemain PERSIB terserang wabah sakit perut. Wabah itu diduga berasal dari makanan gulai kepiting yang disediakan panitia pada malam sebelum pertandingan. Penyakit diare itu juga hinggap di kubu Persipura yang sama-sama harus melakoni partai penentuan melawan Persebaya. Manajer tim PERSIB ketika itu, Drs. Rusli mengatakan bahwa mereka disuguhi hidangan gulai kepiting. "Esoknya, saya langsung mulas dan muntah-muntah. Juga sebagian besar pemain. Diduga keras kepiting itu yang jadi penyebab. Karena ada sebagian pemain yang tidak makan, mereka tidak apa-apa," kata Rusli.
Keperkasaan PERSIB masih terlihat di pertandingan pertama babak 8 Besar pool G, ketika mereka mengalahkan Persipura dengan skor 2-0. Tapi di pertandingan berikutnya PERSIB harus mengakui keunggulan Persebaya dengan skor 2-0. Kekalahan itu membuat kubu PERSIB semakin ketar ketir. Pasalnya PSSI memberlakukan peraturan baru, yaitu hanya semifinalis plus satu tim pemenang partai Play-off yang berhak tampil di Divisi Utama Kompetisi Perserikatan musim berikutnya. Dengan demikian PERSIB harus melakoni partai "hidup mati" melawan Persija agar lolos ke semifinal dan tetap bertahan di Divisi Utama tanpa harus melalui pertandingan play-off.
Sialnya, menjelang pertandingan melawan Persija, sebanyak 13 pemain PERSIB terserang wabah sakit perut. Wabah itu diduga berasal dari makanan gulai kepiting yang disediakan panitia pada malam sebelum pertandingan. Penyakit diare itu juga hinggap di kubu Persipura yang sama-sama harus melakoni partai penentuan melawan Persebaya. Manajer tim PERSIB ketika itu, Drs. Rusli mengatakan bahwa mereka disuguhi hidangan gulai kepiting. "Esoknya, saya langsung mulas dan muntah-muntah. Juga sebagian besar pemain. Diduga keras kepiting itu yang jadi penyebab. Karena ada sebagian pemain yang tidak makan, mereka tidak apa-apa," kata Rusli.
Dua tim yang menjadi korban "keracunan" gulai kepiting, yaitu PERSIB dan Persipura akhirnya kalah telak. PERSIB digasak Persija 3-0 dan Persipura dihajar Persebaya 5-1. Selanjutnya,
munculnya wabah sakit perut gara-gara keracunan gulai kepiting ini
dijadikan kambing hitam tim-tim yang gagal melangkah ke semifinal,
termasuk PERSIB. Mereka menuduh, kejadian ini sengaja dilakukan pihak tertentu untuk memperlicin tim tertentu ke tangga juara.
Dengan demikian PERSIB harus melakoni pertandingan Play-off melawan peringkat 3 Grup F yaitu Persiraja Banda Aceh. Sementara Persipura Jayapura dan PSBI Blitar yang menempati urutan terbawah di grup masing-masing sudah otomatis terlempar ke divisi I.
Dengan demikian PERSIB harus melakoni pertandingan Play-off melawan peringkat 3 Grup F yaitu Persiraja Banda Aceh. Sementara Persipura Jayapura dan PSBI Blitar yang menempati urutan terbawah di grup masing-masing sudah otomatis terlempar ke divisi I.
Jumat, 27 Januari 1978, merupakan hari paling kelabu dalam perjalanan sejarah PERSIB. Hari yang tak boleh dicoret dari catatan sejarah tim PERSIB. Dalam pertandingan play-off perebutan peringkat 5 Kejuaraan Nasional PSSI (Kompetisi Perserikatan) 1978 di Stadion Utama Senayan Jakarta, PERSIB
sebenarnya unggul lebih dulu lewat gol Max Timisela. Namun, Persiraja
mampu membalik keadaan lewat dua gol Bustaman pada menit 15 dan Tarmizi
menit ke-39. Wasit meniup peluit panjang saat skor 2-1 untuk keunggulan
Persiraja, dan PERSIB akhirnya secara resmi terlempar dari jajaran elite sepak bola nasional.
Namun, PSSI lalai menyikapi surat protes PERSIB. Keputusan PSSI soal laga itu tidak kunjung tiba. Yang muncul, hanyalah permintaan maaf PSSI atas "kelalaiannya" menyikapi protes PERSIB melalui surat tertanggal 10 Maret 1978 yang terungkap Pikiran Rakyat, edisi 10 April 1978 atau sebulan setelah surat PSSI itu ditandatangani.
Pemain PERSIB
yang tampil dalam kompetisi 1975/1978 ini antara lain Syamsudin
(kiper), Bambang, Kosasih, Encas Tonif, Giantoro, Herry Kiswanto, Zulham
Effendi, Cecep, Nandar Iskandar, Muhammad Atik, Djadjang Nurdjaman,
Max Timisela, Teten. Sementara
bintang-bintang kompetisi dari klub lain tercatat nama Rudy William
Keltjes (Persebaya), Andi Lala, Anjas Asmara (Persija) yang kini
dikenal sebagai salah satu dari legenda sepakbola Indonesia.
Kalah di lapangan, untuk mempertahankan posisinya di jajaran elite sepak bola nasional (Divisi Utama), pengurus PERSIB
berjuang melalui jalur lain, apa lagi kalau bukan protes. Kebetulan
dalam pertandingan play-off, penjaga gawang Persiraja, Zain Mardika,
bermain dengan kostum tanpa nomor punggung "1", sesuai daftar susunan
pemain .
Apa
yang dilakukan kiper Persiraja itu jelas melanggar Peraturan
Pertandingan Kejuaraan Nasional PSSI pasal 15, ayat 2, poin (a) yang
menyatakan pakaian kesebelasan harus bernomor (pada punggung) dengan
ukuran sesuai peraturan FIFA dengan nomor tertinggi 30. Kesebelasan yang
melanggar ketentuan itu dikenakan sanksi sebagaimana tercantum pada
pasal 15, ayat 2 poin b sub 1 dan poin b sub 2 serta pasal 16 ayat 3, 4,
dan 5 poin b. Sanksinya, kesebelasan yang bersangkutan diwajibkan
membayar biaya yang sudah dikeluarkan dan akan dikeluarkan berhubung
dengan dibatalkannya pertandingan tersebut (b.1) dan kesebelasan
bersangkutan dianggap kalah WO (b.2).
Pelanggaran kiper Persiraja itulah yang menyisakan harapan PERSIB untuk bisa bermain di Divisi Utama. Dengan barang bukti berupa kostum Zain Mardika yang didapatkan kiper PERSIB, Syamsudin, pada saat bertukar kaus usai pertandingan, pengurus PERSIB melayangkan surat protes resmi ke PSSI.
Namun, PSSI lalai menyikapi surat protes PERSIB. Keputusan PSSI soal laga itu tidak kunjung tiba. Yang muncul, hanyalah permintaan maaf PSSI atas "kelalaiannya" menyikapi protes PERSIB melalui surat tertanggal 10 Maret 1978 yang terungkap Pikiran Rakyat, edisi 10 April 1978 atau sebulan setelah surat PSSI itu ditandatangani.
PERSIB tetap terdegradasi dan harus bermain di Divisi I Kompetisi Perserikatan yang baru diberlakukan PSSI pada tahun 1979 atau dalam istilah yang populer saat itu adalah bertarung "dari kampung ke kampung".
Terlemparnya PERSIB ke divisi I tentu saja membuat seluruh jajaran PERSIB dan juga bobotoh kecewa, tapi kekecewaan itu sedikit terhapuskan pada tanggal 11 Juli 1978, di Turnamen HUT ke-50 PS Singgalang yang digelar di Stadion Siliwangi, PERSIB dipertemukan dengan Selangor FA (Malaysia). Ketika itu, PERSIB menundukkan Selangor FA dengan skor 3-1 lewat gol Djadjang Nurdjaman menit ke-49 dan 89 serta Muhammad Atik menit ke-53.
Bercermin pada kegagalan PERSIB hingga terlempar ke Divisi I, membuat manajemen PERSIB
menyiapkan strategi untuk segera melakukan regenerasi. Meskipun
terkesan terlambat, tetapi itu lebih baik daripada tidak sama sekali.
Tim muda PERSIB akhirnya diterjunkan ke turnamen Piala Jusuf ke VII di Ujung Pandang. Hebatnya, para pemain muda PERSIB tampil sebagai juara.
Calon bintang masa depan PERSIB yang menjuarai Piala Yusuf VII/1978 itu kemudian dikirim ke "Queens Cup" 1978 yang diselenggarakan di Bangkok, Thailand. Pada turnamen tersebut, secara mengejutkan PERSIB mampu menahan imbang Korea Selatan 0-0. Para pemain muda PERSIB yang berlaga di ajang itu antara lain Boyke Adam, Maman, Vence Sumendap, Rudy Salaki, Aan Irawan, Wahyu, Memed Ismar, Nanang, Yana Heryana, Atang Djunaedi, Herry Fatah, Saryoto, Dedy, Giantoro, Bambang Heribowo, Sopandiana, Djadjang Nurdjaman dan diselipi beberapa pemain senior seperti Dedi Sutendi.
Calon bintang masa depan PERSIB yang menjuarai Piala Yusuf VII/1978 itu kemudian dikirim ke "Queens Cup" 1978 yang diselenggarakan di Bangkok, Thailand. Pada turnamen tersebut, secara mengejutkan PERSIB mampu menahan imbang Korea Selatan 0-0. Para pemain muda PERSIB yang berlaga di ajang itu antara lain Boyke Adam, Maman, Vence Sumendap, Rudy Salaki, Aan Irawan, Wahyu, Memed Ismar, Nanang, Yana Heryana, Atang Djunaedi, Herry Fatah, Saryoto, Dedy, Giantoro, Bambang Heribowo, Sopandiana, Djadjang Nurdjaman dan diselipi beberapa pemain senior seperti Dedi Sutendi.
![]() |
Skuad PERSIB 1978 ketika berlaga di Piala Surya, Surabaya |
Sementara tim muda diterjunkan di ajang turnamen luar negeri sebagai bekal regenerasi, tim PERSIB
senior juga berhasil menjadi Juara di turnamen Piala Surya di Surabaya
dan turnamen Piala Walikota Bogor, namun sayang keberhasilan menjuarai
turnamen di luar kota tidak berimbas pada turnamen di kota sendiri. Pada
Piala Siliwangi II yang juga mengundang klub UMNO dari Malaysia, PERSIB gagal meraih gelar juara.
![]() |
Kapten Kesebelasan Encas Tonif saat menerima Piala Surya dari Ketua Umum PSSI Ali Sadikin |
0 Sahabat:
Posting Komentar