LIGA INDONESIA XIII TAHUN 2007


Pada tahun 2007 ini, Dada Rosada selaku Ketua Umum PERSIB melanjutkan pembangunan Stadion SIDOLIG sebagai markas PERSIB yang sempat terbengkalai. Stadion ini dibangun dengan konsep lapangan untuk latihan, mess pemain, sekaligus kawasan pertokoan yang menjual berbagai atribut dan merchandise PERSIB.
Pada Liga Indonesia XIII tahun 2007,  kursi pelatih  masih dipercayakan kepada Arcan Iurie meskipun pada liga sebelumnya terbilang “jeblok”. Yang dijadikan bahan pertimbangan pengurus untuk kembali mengangkatnya adalah pada liga yang lalu Arcan Iurie masuk ketika kompetisi sudah berjalan, sehingga pemilihan pemain bukan keinginan dia (pilihan Risnandar). Sementara di jajaran manajemen hadir para legenda PERSIB seperti Adeng Hudaya yang menjabat sebagai Asisten Manajer Bidang Teknik dan Risnandar Soendoro yang didaulat sebagai Direktur Teknik.
Selain itu, pada liga ini tim Maung Bandung kembali diperkuat oleh Suwita Patha yang kemudian didaulat sebagai Kapten Kesebelasan untuk memimpin para pemain bintang lainnya seperti Tema Mursadad, Nova Arianto, Jimenez, Nyeck Nyobe, Lorenzo Cabanas dan Christian Bekamenga. Para bintang baru itu semakin melengkapi pemain bintang PERSIB yang sudah memperkuat  dari musim sebelumnya seperti Eka Ramdani, Zaenal Arief dan Redouane Barkoui, nama yang disebut terakhir mampu memikat hati bobotoh karena ia menggunakan tari jaipongan sebagai aksi selebrasi setiap mencetak gol.
Selebrasi Jaipongan Barkoui
Pada paruh musim, PERSIB membuat hati bobotoh berbunga-bunga dengan menempati urutan pertama di klasemen. Ketika jeda kompetisi sebelum putaran ke II dilangsungkan, PERSIB sebagai juara wilayah Barat dihadapkan dengan PSM sebagai juara wilayah Timur pada pertandingan di Stadion Mulawarman Bontang. Pada pertandingan itu PERSIB berhasil menjungkalkan PSM, hal ini membuat bobotoh semakin percaya diri bahwa PERSIB telah menemukan kembali kejayaannya. Tetapi sayang, di putaran II posisi PERSIB semakin merosot. hingga pada akhir klasemen harus puas menempati urutan ke-5 dari 18 tim di wilayah Barat. Lagi-lagi PERSIB gagal melaju ke babak “8 Besar” yang mempertemukan 4 tim terbaik dari setiap wilayah.
Catatan lain dari liga ini adalah dengan didepaknya Arcan Iurie pada akhir putaran ke-II. Selain karena terus merosotnya posisi PERSIB, hal yang membuat ia tersingkir adalah sikapnya yang seolah lepas tanggung jawab dengan tidak ikut mendampingi PERSIB ketika bertanding di beberapa pertandingan, dengan alasan sakit. Kemudian Iurie pun melakukan blunder pada jeda kompetisi sebelum putaran ke-II, pada saat PERSIB harus kehilangan Eka Ramdani yang harus mengikuti Pelatnas jangka panjang di Argentina, Iurie panik kehilangan pemain pilarnya di sektor Gelandang. Karena itu ia mendatangkan Leo Chitescu yang saat itu “dibuang” oleh PSM. Karena kuota pemain asing hanya 5, maka Iurie harus mengorbankan Nyeck Nyobe untuk dipinjamkan ke Persela. 

Saat istirahat usai putaran pertama, PERSIB mendapat kesempatan untuk beruji tanding dengan tim-tim luar negeri yaitu Ulsan Hyundai FC (Korea Selatan) dan Kuala Lumpur FA (Malaysia). Pertandingan melawan Ulsan Hyundai FC digelar di Stadion Siliwangi, saat itu PERSIB menahan imbang tamunya 2-2. Sementara pertandingan melawan Kuala Lumpur FC dilaksakan di Stadion Jalak Harupat itu dimenangkan PERSIB dengan skor telak 5-0.

Memasuki liga putaran kedua, performa dari Leo Chitescu ternyata tidak sesuai harapan, sedangkan kepergian Nyeck akhirnya membuat benteng pertahanan PERSIB tidak sekokoh pada putaran pertama. Hal lain yang merupakan imbas dari kepergian Nyeck adalah Bekamenga yang merupakan rekan senegara Nyeck Nyobe, akhirnya memilih untuk pergi meninggalkan PERSIB. Karena alasan-alasan itulah, asisten PERSIB yang berjumlah 5 orang kemudian didaulat untuk mengisi kekosongan. Mereka adalah Robby Darwis, Adeng Hudaya, Djadjang Nurdjaman, Anwar Sanusi, dan Dino Sefrianto. Media menyebut mereka dengan istilah “Pandawa Lima” dan mungkin menjadi “rekor” tersendiri untuk PERSIB, yaitu sebagai tim yang memiliki pelatih paling banyak.
Khusus mengenai striker Christian Bekamenga, meskipun memiliki skill yang baik serta mampu menyumbangkan gol demi gol untuk PERSIB, sayang ia sering absen karena panggilan negaranya untuk memperkuat tim nasional.
Di ajang Piala Copa Dji Sam Soe III, keberuntungan masih belum berpihak pada PERSIB. Di babak 48 Besar, langkah PERSIB masih mulus ketika dipertemukan dengan tim dari Divisi II yaitu Persik Kendal, menang 3-0 di Bandung dan kalah 0-1 di Kendal, sehingga secara aggregate masih unggul. PERSIB pun lolos ke babak 24 Besar, kali ini lawan yang dihadapi adalah Persijap Jepara. Dua pertandingan yang dilangsungkan di Jepara dan Bandung berakhir dengan skor “kaca mata” 0-0, oleh karena itu pertandingan harus diakhiri dengan adu penalti. Hasilnya, mitos kekalahan PERSIB setiap adu tendangan penalti kembali terbukti. Tapi yang menarik dibalik kekalahan penalti tersebut, adalah peristiwa dimana Patricio Jimenez yang merupakan salah satu algojo penalti PERSIB, berhasil menyarangkan bola dengan mata yang ditutup oleh bandana-nya. Konon karena aksinya ini, FIFA memberikan penghargaan kepada pemain tersebut, untuk kategori satu-satunya pemain di dunia yang mencetak gol dengan mata tertutup.
Skuad PERSIB LI XIII Tahun 2007: Edi Kurnia, Cecep Supriatna, Tema Mursadad (Kiper) Nova Arianto, Nyeck Nyobe, Patricio Jimenez, Edi Hafid, Aji Nurpijal, Bayu Sutha, Erik Setiawan, Gilang Angga, Cucu Hidayat, Sonny Kurniawan, Suwita Patha, Yaris Riyadi, Salim Alaydrus, Lorenzo Cabanas, Eka Ramdani, Zaenal Arif, Dicky Firasat, Christian Bekamenga, Redoaune Barkaou

0 Sahabat: